Rahim
diangkat tapi bisa hamil? Masa sih??? Itulah kenyataannya. Itulah yang dialami Eli Siti Khoeriyah
dari Banjarsari, Ciamis, Jawa Barat. Rahimnya diangkat dokter di usia 29 tahun.
Logika manusia mengatakan, dia tidak akan mungkin hamil. Namun dengan kekuasaan Allah, dia bisa hamil.
Allah
Tumbuhkan Lagi Rahim Untukku
Apa
jadinya bila wanita terpaksa harus kehilangan rahimnya? Kenyataan pahit ini
saya alami sendiri. Dokter kandungan memutuskan untuk mengangkat rahim saya
karena myoma yang bersarang di dalamnya. Saya langsung limbung, pikiran
mendadak linglung. Saya tak sanggup membayangkan harus kehilangan mahkota saya
di usia 29 tahun.
Hingga suatu ketika, Allah
menyadarkan saya lewat bencana tsunami Aceh pada Desember 2004. Saya terhenyak
melihat kapal laut dengan berat berton-ton bisa terhempas dari laut ke daratan
di tengah kota, dan banyaknya korban yang bergelimpangan akibat dahsyatnya
terjangan tsunami. Allahu Akbar!
Allahu ‘ala kulli syai’in qodiir!
Sejak kejadian itu, saya berpikir
kenapa saya harus takut kehilangan rahim yang jelas-jelas ciptaan Allah? Bila
memang sudah ketentuan-Nya rahim ini harus diangkat maka yang harus saya
lakukan hanyalah ikhlas.
Akhirnya, di awal 2005 saya mantap
menjalani operasi pengangkatan rahim. Sebelumnya, saya berusaha menyelesaikan
semua pekerjaan saya. Sebab umur tidak ada yang tahu, kalau ajal menjemput saya
pada saat operasi, setidaknya saya sudah menunaikan tanggung jawab saya.
Tanpa terasa, sebulan pasca operasi
berlalu. Saya jalani hari demi hari dengan penuh kepasrahan. Saya ikhlas ketika
menyadari tak bisa lagi menstruasi. Pupusnya rencana memberi adik untuk anak
semata wayang pun saya berusaha menerimanya dengan lapang hati.
Tapi tak bisa dipungkiri, tanpa
rahim di tubuh membuat saya merasa tak berharga di hadapan suami. Ketika
saudara atau kerabat menanyakan kapan kemungkinan saya memiliki anak lagi, hati
saya tertoreh. Wallahu 'alam,
hanya itu yang bisa saya gumamkan.
Namun, diam-diam hati ini masih
menyimpan harapan. Setiap usai shalat saya berdoa, “Ya Allah tak ada yang
mustahil bagi-Mu untuk menyempurnakan kembali fisik hamba ini. Amin” Saya
panjatkan doa itu sambil membayangkan tayangan tsunami Aceh di televisi yang
memperlihatkan betapa mudahnya bagi Allah menciptakan dan menghancurkan sesuatu
bila Dia telah berkehendak.
Dua bulan kemudian, sebuah keajaiban
terjadi. Subhanallah, saya
menstruasi! Langsung saja saya periksa ke dokter. Melihat kondisi saya, dokter
heran. Sebab, darah yang keluar benar-benar darah haid. Padahal secara medis
setelah rahim diangkat tidak mungkin lagi saya bisa menstruasi, apalagi hamil.
Saya pulang dan bersyukur atas anugerah yang Allah berikan. Tak hentinya saya
mengucap, “Wallahu‘ala kulli syai’in
qodir.”
Saya lalui hari dengan penuh syukur,
sampai suatu saat menstruasi saya tak kunjung datang lagi. Kekhawatiran muncul,
apakah sudah saatnya saya benar-benar tidak subur seperti wanita lain? Saya
kembali ke dokter dengan dag-dig-dug walau tetap pasrah apa pun yang terjadi.
Tapi tahukah pembaca? Air mata ini seperti berebut keluar ketika mendengar
diagnosa dokter, saya dinyatakan positif hamil! Subhanallah! Dari hasil USG terlihat rahim dan ovarium saya utuh
kembali tanpa tanda-tanda pernah mengalami suatu penyakit.
Allahu
Akbar. Alhamdulillah, ya Rabb, tidak ada yang tidak mungkin bagi-Mu. Cinta-Mu
selalu luar biasa untuk diri ini.
Kisah
ini saya munculkan untuk memberi motivasi kepada para istri yang rahimnya
diangkat atau akan diangkat. Tak perlu terus menerus tenggelam dalam kesedihan.
Cobalah meniru apa yang dilakukan oleh Ibu Eli ini.
Berdoa
dan berbaik sangka kepada Allah. Sebab kata hadits: Allah itu mengikuti
persangkaan hamba-Nya. Jadi kalau kita berprasangka bahwa Allah itu baik kepada
kita maka Allah akan baik dengan kita. Sebaliknya kalau kita berburuk sangka
kepada Allah bahwa Allah tidak sayang kepada kita, ya Allah nanti benar-benar
tidak sayang kepada kita.
Ikhtiar
ini tak akan berhasil tanpa dukungan suami. Bukankah Anda, para suami,
juga mengharapkan kehadiran buah hati ini. Karena itu Anda para suami,
juga haru mendukung usaha istri. Suami dan istri harus tetap
berbaik sangka kepada Allah dan tetap optimis. Tidak ada yang mustahil
bagi
Allah. Bukankah Nabi Isa lahir tanpa seorang bapak. Dengan kekuasaan
Allah,
ibunda Maryam hamil tanpa ada suami. Kemudian lahirlah Nabi Isa.
*[QS. Ali 'Imran:47]*
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang
laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:
"Jadilah", lalu jadilah dia.
*[QS. Ali 'Imran:59]*
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah
seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: "Jadilah", maka jadilah dia.
Apalagi
Anda yang punya suami. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Dia-lah yang
Maha Menciptakan. Dia-lah yang Maha Penguasa. Dia-lah yang Maha Menghidupkan. Apabila
Allah sudah berkehendak maka jadilah apa pun yang dikehendaki-Nya.
Subhanallah...
*[QS. Al Baqarah:117]*
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak
sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu
jadilah ia.
*[QS. An Nahl:40]*
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami
menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)",
maka jadilah ia.
*[QS. Yaasiin:82]*
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
*[QS. Al An'aam:73]*
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar.
Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu
terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
*[QS. Al Mu'min:68]*
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia
menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah",
maka jadilah ia.