SEGO TEMPONG "VAN LAROS"
===============================================================
Rujak Soto, Kuliner Nyentrik Khas Banyuwangi
===============================================================
SIOMAY "VAN LAROS"
Sego Tempong merupakan salah satu makanan khas Banyuwangi yang terkenal, yang terdiri dari nasi dan kumpulan beberapa sayuran rebus dan lauk tahu tempe goreng. Nasi tempong ini memiliki ciri khas tersendiri. Makanan ini dinamakan nasi tempong karena rasanya yang begitu pedas sehingga dapat membuat orang sampai nangis seperti ditampar ketika memakannya. Makanan ini dapat dijadikan sebagai makanan sehari-hari.
Tempong adalah kata dalam Bahasa Osing yang berarti tampar dalam bahasa Indonesia. Dinamai demikian karena rasa pedas dari nasi tempong yang menyebabkan perasaan seperti ditampar.
===============================================================
Rujak Soto, Kuliner Nyentrik Khas Banyuwangi
Berbicara kuliner di Kabupaten Banyuwangi yang terkenal dengan julukan
"Sunrise of Java" tidak bisa dilepaskan dengan rujak soto. Kuliner
nyentrik perpaduan antara rujak sayur dengan soto menghasilkan
rasa unik yang selalu dicari.
Rujak yang digunakan adalah campuran sayur mayur dengan bumbu kacang serta petis. Untuk pedasnya, bisa disesuaikan dengan pesanan dari konsumen. Bumbu kacang dicampur dengan garam, kacang goreng, gula merah, asam dan juga pisang klutuk (pisang batu) muda.
Setelah bumbu siap tinggal dicampur dengan campuran sayur yang direbus seperti kangkung, kacang panjang, kubis dan juga potongan tahu dan tempe yang digoreng. Setelah selesai, rujak diwadahi mangkuk dan tinggal dituangi kuah soto.
Kalau sudah siap tinggal dituangkan ke campuran rujak dan diberi bawang goreng, telur asin / krupuk. Kalau suka bisa ditambahkan dengan kecap manis.
Lalu sejak kapan rujak sota masuk Kabupaten Banyuwangi? Menurut budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan kepada Kompas.com, Kamis (16/1/2014), pada tahun 1970-an ada lagu yang berjudul Rujak Singgol yang menjelaskan beberapa nama rujak yang ada di wilayah Banyuwangi.
"Di lagu yang berjudul Rujak Singgol disebutkan beberapa nama rujak, namun nama rujak soto masih belum disebutkan dalam lagu itu. Ada rujak wuni, rujak locok, rujak lethok, rujak kecut, rujak cemplung. Namanya semuanya mengarah kepada bahan nama yang digunakan rujak atau mengolah rujak. Seperti rujak wuni yang dibuat dari buah wuni yang rasanya asam," jelasnya.
Menurut Hasnan, rujak soto baru muncul setelah tahun 1970-an dan merupakan hasil dari keisengan penikmat rujak di Banyuwangi.
"Muncul juga rujak bakso dan pecel rawon. Tapi yang identik dengan Banyuwangi adalah rujak soto karena rasa dan perpaduannya memang unik. Seperti akhir dari lagu 'Rujak Singgul', Durung weruh rasane mageh arane, nganeh anehi yang artinya, belum tahu rasanya, masih namanya saja sudah aneh. Seperti itulah rujak soto," jelas Hasnan sambil menyanyikan lagu 'Rujak Singgul'.
Penasaran? Nah jangan bilang pernah mengunjungi Banyuwangi kalau belum menikmati rujak soto. Anda akan menikmati eksperimen kuliner campuran yang rasanya unik dengan sensasi yang istimewa.
Rujak yang digunakan adalah campuran sayur mayur dengan bumbu kacang serta petis. Untuk pedasnya, bisa disesuaikan dengan pesanan dari konsumen. Bumbu kacang dicampur dengan garam, kacang goreng, gula merah, asam dan juga pisang klutuk (pisang batu) muda.
Setelah bumbu siap tinggal dicampur dengan campuran sayur yang direbus seperti kangkung, kacang panjang, kubis dan juga potongan tahu dan tempe yang digoreng. Setelah selesai, rujak diwadahi mangkuk dan tinggal dituangi kuah soto.
Kalau sudah siap tinggal dituangkan ke campuran rujak dan diberi bawang goreng, telur asin / krupuk. Kalau suka bisa ditambahkan dengan kecap manis.
Lalu sejak kapan rujak sota masuk Kabupaten Banyuwangi? Menurut budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan kepada Kompas.com, Kamis (16/1/2014), pada tahun 1970-an ada lagu yang berjudul Rujak Singgol yang menjelaskan beberapa nama rujak yang ada di wilayah Banyuwangi.
"Di lagu yang berjudul Rujak Singgol disebutkan beberapa nama rujak, namun nama rujak soto masih belum disebutkan dalam lagu itu. Ada rujak wuni, rujak locok, rujak lethok, rujak kecut, rujak cemplung. Namanya semuanya mengarah kepada bahan nama yang digunakan rujak atau mengolah rujak. Seperti rujak wuni yang dibuat dari buah wuni yang rasanya asam," jelasnya.
Menurut Hasnan, rujak soto baru muncul setelah tahun 1970-an dan merupakan hasil dari keisengan penikmat rujak di Banyuwangi.
"Muncul juga rujak bakso dan pecel rawon. Tapi yang identik dengan Banyuwangi adalah rujak soto karena rasa dan perpaduannya memang unik. Seperti akhir dari lagu 'Rujak Singgul', Durung weruh rasane mageh arane, nganeh anehi yang artinya, belum tahu rasanya, masih namanya saja sudah aneh. Seperti itulah rujak soto," jelas Hasnan sambil menyanyikan lagu 'Rujak Singgul'.
Penasaran? Nah jangan bilang pernah mengunjungi Banyuwangi kalau belum menikmati rujak soto. Anda akan menikmati eksperimen kuliner campuran yang rasanya unik dengan sensasi yang istimewa.
===============================================================
SIOMAY "VAN LAROS"
Pertama - tama kami akan menceritakan asal mula pembuatan Siomay "Van laros" ini yang berawal dari perpaduan antara Laros / Lare Using Banyuwangi dan orang Sunda. Saya sendiri yang berasal dari Banyuwangi (Lare Using / Laros) dan istri saya dari tanah sunda, terinspirasi untuk membuat siomay (Namun kebanyakan orang di Indonesia khususnya di pulau Jawa mengenal siomay dari Bandung / masakan khas sunda) ini dengan memperpadukan rasa Sunda dan rasa Laros.
Awalnya pada bulan oktober tanggal 27 tahun 2012 kami mencoba untuk membuat siomay dengan kolaborasi rasa khas Laros dan khas Sunda, sampai akhirnya kami berhasil menciptakan perpaduan rasa ini. Pada pertengahan bulan januari tanggal 15 tahun 2013 kami mempromosikan produk kami melalui pemesanan.
Dan sampai saat ini Kami terus ber-inovasi dan InsyaAllah kami akan mengembangkan usaha kami dengan membuka outlet sendiri.
Untuk itu kami meminta do'a dan restu kepada Anda (para pembaca) agar kami bisa secepatnya bisa mengembangkan usaha kami.
Tentunya kesuksesan diiringi dengan Kritik membangun dan Saran dari Saudara sekalian, agar kami lebih maju dan berkembang.
Tentunya kesuksesan diiringi dengan Kritik membangun dan Saran dari Saudara sekalian, agar kami lebih maju dan berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar