Rajab, mengutip Ensiklopedi Islam, menurut bahasa artinya Keagungan. Oleh sebab itu, Rajab perlu diagungkan mengingat adanya beberapa keutamaan di dalamnya.
Rajab adalah salah satu bulan dalam kalender Hijriyah dan ia termasuk salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah sebagaimana tersebut dalam Alquran surah at-Taubah ayat ke- 36.
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan yang dimuliakan.
Rajab adalah salah satu bulan dalam kalender Hijriyah dan ia termasuk salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah sebagaimana tersebut dalam Alquran surah at-Taubah ayat ke- 36.
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan yang dimuliakan.
Inilah agama yang lurus. Oleh sebab itu
janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri di dalam bulan yang empat itu. "
Dalam ayat ini Allah menerangkan ada empat bulan yang dimuliakan yaitu
Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram, dan Rajab.
Sejarah mencatat, sejumlah peristiwa
penting terjadi pada bulan ini. Redaksi merangkum empat peristiwa
bersejarah yang berlangsung pada Rajab, yaitu sebagai berikut:
Isra' Mi'raj Perjalanan Malam yang Disucikan
Isra’ Mi’raj. Dalam salah satu riwayat, disebutkan Isra’ Mi’raj terjadi pada malam Senin 27 Rajab, bertepatan dengan 621 M. Peristiwa
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad dari Masjid
al-Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina kemudian dari
Palestina naik ke langit ke tujuh sampai ke Arsy menghadap Allah SWT. Sebelum
terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad dihadang oleh berbagai
cobaan. Mulai dari pemboikotan keluarga berupa pemutusan transaksi jual
beli, akad nikah, berbicara dan pergaulan. Akibatnya, Rasulullah dan
keluarga hidup terisolir selama tiga tahun dengan kondisi yang sangat
memprihatinkan.
Kendati demikian, muncul perbedaan pendapat terkait kapan peristiwa in terjadi. Salah satu pendapat, menyatakan Isra Mi’raj terjadi pada Rajab. Pendapat ini dirujuk oleh Ibn al-Jauzi, al-Maqdisi yang bermazhab Hanbali, dan Imam an-Nawawi di satu riwayat. Opsi ini mendapat sanggahan dari sejumlah kalangan antara lain dari Ibn Dihyah al-Kalbi, Abu Syamah al-Maqdisi, dan Ibn Hajar al-Asqalani. Opsi pendapat lainya menyatakan, Isra Miraj terjadi di 27 atau 17 malam Rabiul Awwal. Imam as-Sakhawi dalam kitab Uyun al-Atsar menegaskan, opsi ini lah yang paling populer. Pandangan ini merupakan pendapat beberapa sahabat antara lain, Ibn Abbas, Abdullah bin Amar bin al-Ash, Ummu Salamah, dan Aisyah.
Kendati demikian, muncul perbedaan pendapat terkait kapan peristiwa in terjadi. Salah satu pendapat, menyatakan Isra Mi’raj terjadi pada Rajab. Pendapat ini dirujuk oleh Ibn al-Jauzi, al-Maqdisi yang bermazhab Hanbali, dan Imam an-Nawawi di satu riwayat. Opsi ini mendapat sanggahan dari sejumlah kalangan antara lain dari Ibn Dihyah al-Kalbi, Abu Syamah al-Maqdisi, dan Ibn Hajar al-Asqalani. Opsi pendapat lainya menyatakan, Isra Miraj terjadi di 27 atau 17 malam Rabiul Awwal. Imam as-Sakhawi dalam kitab Uyun al-Atsar menegaskan, opsi ini lah yang paling populer. Pandangan ini merupakan pendapat beberapa sahabat antara lain, Ibn Abbas, Abdullah bin Amar bin al-Ash, Ummu Salamah, dan Aisyah.
Kekalahan Romawi di Perang Tabuk
Rajab
juga merupakan bulan kemenangan militer Rasulullah dalam Perang Tabuk,
yang terjadi pada 9 Hijriyah atau 630 M, dan menandai dominasi otoritas
Islam atas seluruh Semenanjung Arab. Meskipun menempuh perjalanan
yang berat dari Madinah menuju Syam, sebanyak 30 ribu pasukan Muslim
tetap melaluinya. Tentara Romawi yang telah berada di Tabuk siap untuk
menyerang umat Islam. Tetapi ketika mereka mendengar jumlah dan
kekuatan tentara Muslim yang dipimpin oleh Rasulullah mereka terkejut
dan bergegas kembali ke Syam menyelamatkan benteng-benteng mereka.
Hal ini menyebabkan penaklukan Tabuk menjadi sangat mudah dan dilakukan tanpa perlawanan. Rasulullah menetap di tempat ini selama sebulan. Beliau mengirimkan surat kepada para pemimpin dan gubernur di bawah kendali Romawi untuk membuat perdamaian. Pemimpin daerah Romawi menyetujuinya dan membayar upeti.
Hal ini menyebabkan penaklukan Tabuk menjadi sangat mudah dan dilakukan tanpa perlawanan. Rasulullah menetap di tempat ini selama sebulan. Beliau mengirimkan surat kepada para pemimpin dan gubernur di bawah kendali Romawi untuk membuat perdamaian. Pemimpin daerah Romawi menyetujuinya dan membayar upeti.
Shalahuddin Al-Ayyubi Merebut Al-Aqsha dari Tentara Salib
Peristiwa
lainnya yaitu terjadinya pada bulan ini, adalah pembebasan Yerussalem
dari cengkaraman Tentara Salib Eropa yang telah memerintah selama hampir
satu abad. Peristiwa ini terjadi pada Rajab 1187 M yang
dipimpin oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Penaklukan ini bukan hanya karena
pentingnya Yerusalem dalam Islam, tetapi juga karena sepak terjang
Tentara Salib menaklukkan negeri-negeri Muslim. Menaklukkan
Yerusalem, Shalahuddin masuk ke gerbang kota dengan damai. Tak ada
pembantaian warga sipil. Sultan Ayyubiyah ini menjamin keselamatan dan
kebebasan beribadah semua pemeluk agama. Terkecuali, pasukan Salib yang dia minta
keluar dari kota. Hal pertama yang dilakukan Shalahuddin saat memasuki
Yerusalem adalah mencopot tiang salib dari atas Kubah Batu.
Carole Hillenbrand dalam The Crusade: Islamic Perspective,
mengisahkan, sebuah salib besar dipancangkan di atas kubah batu pada
masa penaklukkan Yerusalem oleh kaum Frank. Mereka menghiasi al-Aqsha
dengan patung, altar dan gambar bunda Maria. “Ketika kaum
Muslim memasuki kota itu, pada hari Jumat, sekelompok orang naik ke
puncak kubah untuk menurunkan Salib itu. Ketika mereka telah tiba di
puncak Kubah, semua orang berteriak bersama-sama,” kenang Hillenbrand.
Tentara Salib berulang kali mencoba merebut kembali Yerusalem dari tangan Shalahuddin, tetapi selalu teratasi. Hingga kematian Shalahuddin pada 1193, Dinasti Ayyubiyah masih menguasai Yerusalem.
Tentara Salib berulang kali mencoba merebut kembali Yerusalem dari tangan Shalahuddin, tetapi selalu teratasi. Hingga kematian Shalahuddin pada 1193, Dinasti Ayyubiyah masih menguasai Yerusalem.
Runtuhnya Kesultanan Ottoman di Turki
Berabad-abad kemudian, tepatnya pada 1924 M, pada Rajab kembali menuliskan sejarah bagi umat Islam. Namun kali ini, tidak seperti peristiwa sebelumnya. Sejarah yang terjadi Pada 28 Rajab ini merupakan runtuhnya Kesultanan Ottoman di Turki yang dihapus oleh Mustafa Kemal Ataturk.Namun, ungkap William L & Martin Bunton dalam bukunya A History of the Modern Middle East, kehidupan masyarakat Turki berubah ketika Turki dinyatakan sebagai sebuah negara sekuler.
Islam
yang telah berfungsi sebagai agama dan sistem hidup bermasyarakat dan
bernegara selama lebih dari tujuh abad digantikan oleh sistem Barat. Di
bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk, ia melakukan reformasi secara
menyeluruh baik reformasi sosial, ekonomi, dan administrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar