Para membuat peta Abad Pertengahan memberikan tanda khusus pada sejumlah
lokasi yang terletak di Kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara:
sebagai tempat tinggal para naga.
Naga yang mereka maksud tak bisa terbang atau menyemburkan api.
Namun, makhluk itu tak kalah mengerikan daripada hewan mistis dalam
dongeng.
Dengan tubuh sepanjang 3 meter dan berat 70 kilogram, hewan ini bisa
berlari hingga kecepatan 29 km/jam untuk mengejar mangsanya.
Begitu mendapatkan tangkapan berupa kerbau air atau rusa, makhluk
tersebut akan menggunakan giginya yang setajam silet untuk merobek
mangsanya, sembari menyuntikkan racun yang membuat korbannya
berdarah-darah menuju kematian yang menyiksa. Tak hanya binatang, 'naga' itu juga pernah memangsa manusia.
"Makhluk
itu memiliki sejumlah sistem persenjataan," kata Bryan Fry dari
University of Queensland, seperti dikutip sebagian dari
BBC, Minggu (28/2/2016).
"Gigi
menjadi senjata utama. Namun, jika tak mati akibat putusnya arteri
femoralis, mangsanya niscaya akan menemui ajal akibat kehabisan darah."
Naga monster yang dimaksud adalah
komodo (Varanus komodoensis), yang menghuni Pulau Rinca, Gili Motang, Nusa Kode, Flores, dan Komodo.
Reptil raksasa itu aslinya berasal dari Australia, mereka hidup di
Benua Kanguru itu jutaan tahun lalu sebelum bermigrasi dan mencapai
wilayah Indonesia sekitar 900 ribu tahun lalu.
Komodo selamat
dari berbagai gonjang-ganjing alam: zaman es, kenaikan permukaan laut,
gempa bumi, juga tsunami dahsyat yang terjadi di Kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda Islands).
Meski
tangguh, keberadaannya terancam oleh manusia. Komodo ditangkap dan
dijual ke kebun binatang atau kepada kolektor. Kaki dan kulitnya
dianggap prestasi dalam kegiatan perburuan.
International Union for Conservation of Nature Red List melabelinya sebagai hewan yang terancam punah.
Taman
Nasional Komodo dan upaya pelestarian sejauh ini berhasil menjauhkan
hewan tersebut dari kepunahan. Namun, bukan berarti tak ada ancaman sama
sekali.
Jumlah telur yang dihasilkan para betina amat sedikit.
Tak ada jaminan komodo bisa terus bertahan atau tumbuh hingga 7 meter
seperti nenek moyangnya.
Memangsa Manusia
Keberadaan komodo baru diketahui pada awal dekade 1900-an, meski rumor terkait eksistensi sang naga sudah lama terdengar.
"Ukuran
mereka sungguh mengagumkan," kata Tim Jessopseorang ahli ekologi
integratif dari Deakin University di Geelong, Australia. "Tubuh mereka
tak hanya panjang, tapi juga kuat, solid, dan kekar."
Pada 1912, perwira Belanda, van Steyn van Hensbroek mendatangi Kepulauan Komodo. Ia
menembak 'naga' tersebut dan mengirimkan kulitnya ke Peter Ouwens,
ilmuwan yang kali pertama menulis makalah ilmiah soal kadal raksasa itu.
Empat belas tahun kemudian, W Douglas Burden asal Amerika
mengunjungi Nusa Tenggara untuk menangkap puluhan hewan tersebut untuk
American Museum of Natural History. Memorinya tentang ekspedisi
menangkap komodo membuat hewan itu dijuluki 'naga'. Bahkan kisah
petualangannya dan konfrontasi dengan binatang bias menginspirasi film
King Kong.
Komodo hidup di lanskap terjal, bersemak-semak, dan savana. Hewan itu
bisa berkamuflase dan menanti dengan sabar hingga mangsa mendekati
mereka. Ia akan memangsa apa pun, manusia sekalipun.
"Saya telah
menyaksikan apa yang bisa dilakukan hewan itu dan betapa ia bisa
melukai manusia," kata Achmad Ariefiandy dari Komodo Survival Program
(KSP). "Tak perlu bersikap seperti bintang film jika akhirnya Anda
toh akan tergigit."
Soal
bintang film, ada kejadian menghebohkan terkait komodo. Tempat kejadian
perkaranya (TKP) di Kebun Binatang Los Angeles, Amerika Serikat pada
2001.
Kala itu, seekor komodo berusaha memangsa kaki Phil
Bronstein, editor San Fransisco Chronicle, yang kebetulan adalah suami
dari artis seksi, Sharon Stone. Untungnya, korban bisa selamat meski
harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Komodo bisa melahap
mangsa hingga 80 persen dari berat tubuhnya, kemudian mereka tak perlu
makan selama beberapa minggu -- hanya berdiam diri sambil mandi
matahari.
Dalam beberapa kesempatan, mereka menyerang penduduk
yang tinggal di dekat habitat komodo. Ada 4 korban manusia dalam 4
dekade terakhir, warga setempat memperlakukannya sebagai 'hewan
keramat'.
Mitos KomodoPenduduk di sekitar habitat komodo meyakini, hewan buas tersebut adalah 'saudara kembar' manusia.
Menurut
legenda, dahulu, seorang putri naga menikah dengan Empu Najo. Sepasang
bayi kembar lahir. Tak semuanya berwujud manusia --seorang bayi
laki-laki yang diberi nama Gerong, dan seekor komodo betina yang
kemudian diberi nama Orah.
Gerong dan Orang lalu dibesarkan
secara terpisah. Suatu hari, saat Gerong dewasa sedang berburu ia
bertemu Orah --kembarannya. Senjata siap ia hunuskan. Namun, tiba-tiba
muncullah sosok ibunya yang gaib. "Jangan kau bunuh, dia adalah
saudarimu," demikian ucapan sang ibu.
Sejak saat itu, masyarakat Komodo meyakini bahwa mereka dan biawak Komodo bersaudara.
Kisah
itu juga terpampang di sebuah papan di Taman Nasional Komodo. Memang
tak masuk akal, namun, ada kearifan lokal dan pesan tersirat dalam
legenda itu: keharmonisan manusia dan binatang, serta lingkungannya.
Namun, faktanya, ancaman terbesar bagi komodo adalah populasi dan
aktivitas manusia yang kian berkembang. Juga kenaikan level permukaan
air laut yang juga akibat ulah manusia.
Upaya konservasi hewan
tersebut dimulai pertengahan tahun 1990-an ketika Claudio Ciofi, ketika
ahli biologi University of Florence tiba di Indonesia dan 'jatuh cinta'
pada komodo.
Fakta bahwa upaya konservasi komodo dicetuskan dan dipimpin sebagian besar orang asing, diakui Ariefiandy sebagai 'memalukan'.
"Komodo adalah hewan nasional Indonesia, seharusnya orang Indonesia yang melakukan riset dan melindunginya," kata dia.
Satu
lagi kabar baiknya, upaya pelestarian hewan tersebut juga dilakukan di
sejumlah kebun binatang. Itu didukung fakta bahwa komodo betina bisa
melahirkan dalam kondisi perawan.
Flora, komodo yang tinggal di
Chester Zoo, London menjadi buktinya. Pada 2006 lalu, ia melahirkan
delapan telur Komodo. Melalui proses partenogenesis - reproduksi
aseksual tanpa pembuahan.
Kejadian di kebun binatang London itu adalah kali pertamanya partenogenesis pada
komodo yang tercatat terjadi di dunia.